SELAMATKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK ANAK CUCU KITA

Senin, 15 Desember 2008

Petani Melati Dukung Penanaman Bakau

BATANG - Petani melati yang berada di pesisir utara mendukung sepenuhnya penanaman bakau. Hal itu dilakukan untuk menanggulangi kerusakan lingkungan dan abrasi air laut menyusul kritisnya kondisi hutan mangrove di Batang.

Selama ini ganguan alam sering merusak tanaman melati. Saat ombak pasang, air menggenangi tanaman dan mengakibatkan pohon melati mati.

Selain itu, angin laut yang kencang mengakibatkan banyak pohon melati tumbang dan mati karena daunnya rontok.

''Kami mendukung dan siap membantu penanaman hutan bakau karena tanaman itu akan melindungi melati dari terpaan angin ataupun naiknya air saat musim gelombang pasang,'' ujar Agung Unjianato, petani melati yang kebunnya berbatasan dengan laut di Desa Depok, Kecamatan Tulis.

Namun petani berharap penanaman itu dilakukan di sepanjang pantai, tidak dilakukan di tengah areal tanaman melati.

''Kalau di tengah areal melati akan mengganggu pohon melati. Akan sangat tepat apabila tanaman bakau itu ditanam memanjang dari barat ke timur,'' kata dia.

Agung menambahkan, kondisi pesisir di Batang, khususnya dari Sigandu sampai Ujungnegoro, memang sudah saatnya dihijaukan.

Sebab, fungsi tanaman itu selain untuk menahan angin juga mampu menahan air yang masuk ke daratan.

Namun dia menyarankan agar dalam penanaman bakau atau penghijauan di pesisir itu petani juga dilibatkan.

Sebab selama ini instansi yang menanam pohon di pesisir, baik cemara laut maupun bakau, jarang melibatkan petani melati.

Dilibatkan

Padahal mereka akan senang kalau dilibatkan. Sebab, kerusakan pantai itu pun akan memengaruhi areal tanaman mereka.

''Kami juga berharap kalau ada kegiatan juga dilibatkan. Jangan hanya satu orang yang diajak, petani siap untuk menanami tanaman bakau,'' papar Agung.

Seperti diberitakan, kondisi hutan mangrove di sepanjang pantai utara wilayah Kabupaten Batang kondisinya kritis.

Dari pesisir sepanjang 42 km, diperkirakan yang masih ada tanaman mangrove hanya 9 km, itu pun tidak memanjang, tapi terpisah-pisah.

Padahal, keberadaan hutan mangrove itu sangat penting, khususnya fungsi tanaman itu sebagai sabuk hijau (green belt).

Padahal, fungsi hutan mangrove itu sangat penting, khususnya sebagai infiltrasi air laut sehingga tidak masuk ke daratan.

Namun, kondisi hutan bakau yang ada sudah kritis di beberapa titik sepanjang pesisir pantai wilayah Batang itu karena masih banyak tempat yang terbuka.

''Artinya, tidak ada tanaman hutan mangrove. Karena itu, saat terjadi gelombang pasang, air laut dengan mudah menggenangi pohon melati,'' ujar Kasubdin Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Drs Retno Dwi Irianto MM.

Kabag Lingkungan Hidup dan Produksi Ir Agus Riyadi MM menambahkan, untuk menanggulangi ancaman abrasi, di Pantai Depok sudah ditanami cemara laut.

''Untuk lebih memperkuat, dalam tahun ini selain tanaman mangrove, akan kami tambah dengan tanaman sela.''

Dia mengatakan, Pemkab juga membutuhkan dukungan dari petani melati untuk bersama-sama menjaga kelestaraian lingkungan pesisir, termasuk dengan